Halaman

23.1.18

My Family My Team


Salah satu materi di Institut Ibu Profesional yang nempel banget di aku adalah tentang My Family My Team. Entah kenapa, rasanya asik aja kalo punya keluarga yang bisa jadi tim solid untuk ngerjain apa aja. Yang dikerjain pun bisa dimulai dari hal yang paling sederhana sampai hal yang berdampak besar untuk lingkungan.



Sebagai keluarga baru, masih banyak banget trial and error yang kami alami selama 3 tahun pernikahan ini. Ga semuanya mulus, sering juga debat ga penting yang harusnya ga perlu ada. Kalo udah mulai gemes memuncak, masing-masing perlu menyepi, inhale exhale banyak-banyak, kemudian mengingat lagi apa tujuan awal dari pernikahan ini. Dan karena sudah berjanji di hadapan Allah SWT, sudah dirumuskan bahwa ingin bersama di dunia dan InsyaaAllah juga di surga, maka perdebatan yang terjadi pun bisa dikompromikan. 

Konsep my family my team di keluarga kami kemarin mendapat ujian dari Allah SWT. Minggu 14 Januari 2018 yang lalu, aku mengemban amanah sebagai salah satu PJ acara untuk event Family Day's Out nya Ibu Profesional Semarang. Qadarullah, Sabtu maghrib tiba-tiba Bibah demam tinggi sampe 39,3 dercel. Suami masih di kantor karena piket sore. Meskipun demam tinggi, alhamdulillah Bibah bisa tidur, jadi aku belum memberikan penurun panas. Setiap Bibah terbangun, aku langsung minta Bibah untuk minum air zamzam yang alhamdulillah masih ada sisa umroh suami bulan November lalu. Saat anak tidur, sambil chat dengan panitia untuk koordinasi acara, dan terus memantau suhu badan anak. Dua jam kemudian suhu turun tapi masih 38,5 dercel, akhirnya menghubungi ketua panitia untuk mohon disiapkan pengganti jika sampai besok pagi Bibah masih demam tinggi.
Aku belum mengabari suami kalo Bibah demam, khawatir pecah konsentrasi saat kerja, malah kacau semua nanti. Karena sampai jam10 malam masih demam, dan persediaan penurun panas di rumah habis, akhirnya aku mengabari suami sekalian titip untuk mampir apotek sebelum pulang ke rumah. 
Suami pulang, Bibah masih demam tapi tidur meskipun sering terbangun. Akhirnya suami memutuskan, lihat kondisi Bibah besok pagi, baru kita putuskan tetap berangkat ke acara atau tidak. 

Esoknya, setelah sholat subuh, suhu masih bertahan di 38,5 tapi Bibah mulai bersuara tidak selemah malam sebelumnya. Suami bilang, mandi saja dulu, sambil nunggu kondisi Bibah. Selesai mandi, kami diskusi kira-kira apa efeknya untuk acara jika aku tidak hadir hari ini. Setelah dijelaskan kondisinya, lalu suami bilang, "ini amanah yang harus ditunaikan Bu, Ibu berangkat aja, biar Ayah jagain Bibah di rumah"
Konflik peran menyerang, di satu sisi rasanya pengen diem di rumah aja, jagain Bibah yang lagi demam. Tapi di sisi lain, ada tanggung jawab dan amanah yang harus dijaga dan ditunaikan. Kebayang rasanya jadi ibu yang bekerja di ranah publik, kemudian tetap harus berangkat kerja saat anak sakit. Periiihhh 😭. Mungkin ini salah satu alasan Allah SWT menyuruh wanita sebaiknya diam di rumah, karena konfliknya yang luarbiasa menyiksa ternyata. 

Setelah memastikan ada teman berangkat ke lokasi, akhirnya diputuskan aku tetap berangkat ke acara, dan Bibah di rumah bersama ayahnya untuk beristirahat. Sebelum berangkat tak lupa Bibah diberi obat penurun panas dulu, supaya bisa istirahat dengan baik. 
Maafkan Ibu Nak, semoga ini bisa jadi pelajaran bagimu bahwa kita harus menunaikan amanah yang sudah diberikan kepada kita. 

Sampai di lokasi, langsung cek kondisi Bibah di rumah, alhamdulillah tidur nyenyak. Koordinasi dan persiapan acara, sambil terus berdoa supaya Bibah diberi kesembuhan. Alhamdulillah acara berjalan lancar, amanah menjaga pos bisa aku tunaikan dengan baik. Selesai acara, telepon suami menanyakan kabar Bibah, alhamdulillah demam sudah turun dan sudah mau makan. 

My family my team memang sebuah konsep yang perlu dilatih terus menerus. Jadikan keluarga sebagai support system yang selalu bisa kita andalkan di segala kondisi. Apapun kondisi yang kita hadapi, pastikan keluarga mendukung apa yang kita lakukan sehingga bisa saling mengisi demi mencapai tujuan yang diinginkan.
Percaya sepenuhnya bahwa kita dan keluarga menuju tujuan yang sama, delegasikan jika kita merasa tidak mampu, dan jangan lupa jagalah amanah yang sudah diberikan oleh suami sebagai pemimpin keluarga kita. 

I love you even more, Surayah❤

Hatur nuhun udah baca ya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar