Halaman

22.3.18

Pengingat Dari Kematian Sahabat

Assalamu'alaikum semuanyaaa 💕

Dalam satu bulan kemarin, qadarullah 2 temanku meninggal dunia. Keduanya laki-laki, masih muda, insyaaAllah soleh, meninggal tiba-tiba dan meninggalkan istri serta anak yang masih kecil.
Rasanya aku kaya ditampar banget pas denger beritanya.
Karena yang aku tahu dari setiap postingan kegiatan mereka di social media, mereka sehat wal afiat.
Betapa ternyata pemikiranku tentang kematian masih sangatlah sempit. Dalam benakku, yang "pantas" meninggal terlebih dahulu adalah mereka yang sudah tua, atau yang menderita penyakit berat.
Saat mendengar kabar pertama, waktu itu tengah malam, sebagai teman aku merasa sedih dan langsung kepikiran soal istri dan anak dari temanku yang meninggal itu.
Pemikiran pendekku sebagai manusia langsung sampai pada bagaimana nasib istri dan anak yang ditinggalkan?
Karena yang aku tahu, istrinya bekerja di ranah domestik, sumber utama penghasilan berasal dari suaminya.
Bagaimana caranya ia coping with this hard situation, tiba-tiba harus menjadi single parent untuk anak balita, bertanggung jawab atas kelangsungan hidup mereka secara materi, berperan sebagai ibu sekaligus ayah, dan berbagai pertanyaan lain yang menyerbu kepalaku.

Karena pertanyaan-pertanyaan itu, malam itu aku sulit tidur. Aku langsung melihat wajah suami yang sedang tidur lelap.
Rasanya perih membayangkan bagaimana jika hal itu menimpaku. Apakah aku sanggup?
Dengan kondisiku yang juga bekerja full di ranah domestik, bagaimana aku akan mengatasi semuanya?
Kemudian, pikiran tiba-tiba loncat lagi pada pertanyaan apakah aku sudah cukup baik dalam melayani suami?
Apakah suami sudah ridho padaku?
Akankan aku menyesal karena belum memberikan yang terbaik jikalau salah satu dari kami pergi terlebih dahulu?

Source: pinterest 

Dan yang paling terasa menyesakkan, bagaimana menjalani hari-hari selanjutnya tanpa keberadaan orang yang sangat kita kasihi.

Astaghfirullahaladzim 
Segera kusudahi pikiranku yang mulai ngelantur ga jelas arahnya dan mencoba untuk memejamkan mata.

Kematian itu pasti dan memang sangatlah dekat. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala : 
كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati (Q.S Ali Imron: 185)
Kita tidak pernah tau siapa yang akan dipanggil Allah Subhanahu wa Ta'ala terlebih dahulu. Apakah kita, suami kita, orang tua kita, atau mungkin anak kita. 
Dan kematian kerabat/sahabat, sudah selayaknya menjadi pengingat yang cukup bahwa kita pun akan sama seperti mereka, kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Dalam Islam, kita dianjurkan untuk memperbanyak mengingat kematian, seperti yang disampaikan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam : 

أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ
Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan” (HR. An Nasai no. 1824, Tirmidzi no. 2307 dan Ibnu Majah no. 4258 dan Ahmad 2: 292. Hadits ini hasan shahih menurut Syaikh Al Albani). Yang dimaksud adalah kematian. Kematian disebut haadzim (pemutus) karena ia menjadi pemutus kelezatan dunia.

Dikutip dari laman Rumaysho.com, ada beberapa faedah yang bisa kita dapatkan dengan mengingat kematian : 
[1] Mengingat kematian adalah termasuk ibadah tersendiri, dengan mengingatnya saja seseorang telah mendapatkan ganjaran karena inilah yang diperintahkan oleh suri tauladan kita, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

[2] Mengingat kematian membantu kita khusyu’ dalam shalat. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اذكرِ الموتَ فى صلاتِك فإنَّ الرجلَ إذا ذكر الموتَ فى صلاتِهِ فَحَرِىٌّ أن يحسنَ صلاتَه وصلِّ صلاةَ رجلٍ لا يظن أنه يصلى صلاةً غيرَها وإياك وكلَّ أمرٍ يعتذرُ منه
Ingatlah kematian dalam shalatmu karena jika seseorang mengingat mati dalam shalatnya, maka ia akan memperbagus shalatnya. Shalatlah seperti shalat orang yang tidak menyangka bahwa ia masih punya kesempatan melakukan shalat yang lainnya. Hati-hatilah dengan perkara yang kelak malah engkau meminta udzur (meralatnya) (karena tidak bisa memenuhinya).” (HR. Ad Dailami dalam musnad Al Firdaus. Hadits ini hasan sebagaimana kata Syaikh Al Albani)

[3] Mengingat kematian menjadikan seseorang semakin mempersiapkan diri untuk berjumpa dengan Allah. Karena barangsiapa mengetahui bahwa ia akan menjadi mayit kelak, ia pasti akan berjumpa dengan Allah. Jika tahu bahwa ia akan berjumpa Allah kelak padahal ia akan ditanya tentang amalnya didunia, maka ia pasti akan mempersiapkan jawaban.

[4] Mengingat kematian akan membuat seseorang memperbaiki hidupnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أكثروا ذكر هَاذِمِ اللَّذَّاتِ فإنه ما ذكره أحد فى ضيق من العيش إلا وسعه عليه ولا فى سعة إلا ضيقه عليه
Perbanyaklah banyak mengingat pemutus kelezatan (yaitu kematian) karena jika seseorang mengingatnya saat kehidupannya sempit, maka ia akan merasa lapang dan jika seseorang mengingatnya saat kehidupannya lapang, maka ia tidak akan tertipu dengan dunia (sehingga lalai akan akhirat).” (HR. Ibnu Hibban dan Al Baihaqi, dinyatakan hasan oleh Syaikh Al Albani).

[5] Mengingat kematian membuat kita tidak berlaku zholim. Allah Ta’ala berfirman,
أَلَا يَظُنُّ أُولَئِكَ أَنَّهُمْ مَبْعُوثُونَ
Tidaklah orang-orang itu menyangka, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan.” (QS. Al Muthoffifin: 4). Ayat ini dimaksudkan untuk orang-orang yang berlaku zholim dengan berbuat curang ketika menakar. Seandainya mereka tahu bahwa besok ada hari berbangkit dan akan dihisab satu per satu, tentu mereka tidak akan berbuat zholim seperti itu.

Buat aku pribadi, kematian dua temanku memberikan peringatan agar aku lebih memperbaiki diri sebagai pribadi dan lebih menghargai kehadiran orang-orang terdekat serta berusaha sebaik mungkin untuk bisa menunjukkan rasa sayang kepada mereka selagi masih bersama di dunia ini.
Selain itu, kematian juga mengingatkan aku untuk tidak pernah mengecilkan rezeki yang sudah Allah Subhanahu wa Ta'ala jaminkan untuk setiap hambaNya. Betapa pemikiranku sebelumnya sangatlah sempit, berpikir bahwa jalan rezeki seorang istri hanyalah dari suaminya, sementara ada Allah Subhanahu wa Ta'ala yang Maha Kaya dan telah menjamin rezeki masing-masing makhlukNya.
Akupun diingatkan akan perjuangan mamaku membesarkan aku dan kakakku setelah ditinggal oleh ayah selama-lamanya. Begitupun mama mertua yang juga ditinggal suami di usia muda. Dua kisah nyata yang seharusnya bisa kujadikan pelajaran bahwa rezeki Allah Subhanahu wa Ta'ala itu luas dan aku tidak perlu takut selama aku percaya bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala akan selalu bersama hambaNya yang bertaqwa.

Semoga, tulisan ini ada manfaatnya untuk aku khususnya dan untuk semua yang membacanya.

Hatur nuhun udah baca yaa ❤ 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar