Halaman

17.1.20

Aliran Rasa Kelas Telur-telur

Bismillah

Sudah empat pekan aku lalui di kelas telur-telur Bunda Cekatan Institut Ibu Profesional.
Sejujurnya, di awal kelas aku agak down semangatnya, karena ternyata proses belajar ini mengorek-ngorek ke dalam diri sendiri, dimana aku sebetulnya kurang suka proses seperti itu.
Lalu kusadari bahwa mungkin selama ini aku terlalu nyaman "disuapi" ilmu sehingga ketika harus mencari sendiri ilmu yang aku perlu (dan kuinginkan) maka aku agak kewalahan dalam prosesnya.


Pekan demi pekan, berbekal dongeng yang diberikan langsung oleh Ibu Septi Alhamdulillah aku bisa menyelesaikan setiap jurnal. 
Meskipun setiap jam diskusi aku tidak bisa hadir, karena anak-anak di jam itu biasanya masih on, dan delegasi kepada suami kadang tidak memungkinkan karena sistem kerja shift yang berlaku di kantor suami.

Kelas Bunda Cekatan ini kumaknai sebagai sebuah perjalanan untuk menemukan kebahagiaan diri yang hakiki. Dimulai dari telur hijau, aku mengidentifikasi aktivitas yang aku suka dan aku bisa. Jujur ini tidak mudah buatku. Terbiasa dengan rutinitas membuatku sulit menemukan spark di setiap kegiatan yang kujalani. 
Berlanjut ke telur merah, aku diminta untuk menentukan keterampilan yang ingin aku kuasai agar aktivitas di telur hijau bisa semakin meningkat kebahagiaannya (baik itu keterampilan yang mendukung atau keterampilan yang aku tidak bisa sehingga menghambat pencapaian kebahagiaan si telur hijau). 
Telur terakhir adalah telur orange. Di tahap ini aku diminta untuk mencari sebanyak mungkin ilmu yang bisa mendukung tercapainya keterampilan di telur merah. Ternyata menentukan ilmu yang ingin dipelajari itu tidak semudah yang kupikirkan. Perlu kontrol diri yang kuat agar bisa fokus pada ilmu yang memang sedang kubutuhkan dalam kurun waktu beberapa bulan ke depan. 
Setelah semua telur teridentifikasi, maka aku diminta untuk membuat sebuah peta belajar. Peta belajar yang akan berfungsi sebagai panduan (dan juga rem) ketika aku masuk ke dalam hutan ilmu pengetahuan. Tanpa peta belajar, aku pasti akan tersesat dalam ilmu yang mungkin belum kubutuhkan atau tidak sesuai dengan tujuanku di awal kelas ini yaitu pencapaian kebahagiaan. 

Awalnya ku tak ingin berbagi dengan suami. Tapi, sampai di telur orange, aku merasa perlu membagi perjalanan di kelas ini agar suami mendukung setiap kebutuhanku akan ilmu yang kupilih untuk dipelajari dalam kelas ini. 
Alhamdulillah aku aku mendapat respon positif dari suami, bahkan ia mengajukan permintaan khusus tentang satu cabang ilmu yang harus aku pelajari lebih dalam. 

Bismillah, meskipun tertatih, tapi aku siap menetas menjadi ulat yang selalu lapar akan ilmu yang kubutuhkan agar aku bisa matang dan menjelma menjadi kupu-kupu cantik di ujung kelas Bunda Cekatan ini. 

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar