Halaman

3.2.20

Jurnal #3 Kelas Ulat - Ini Keluargaku

Bismillah

Sejujurnya, aku mulai rada kewalahan mengikuti games di kelas ulat Bunda Cekatan ini. Apalagi per pekan ini, kami semua diminta untuk mencari keluarga sendiri, berkumpul sesuai ilmu yang ingin kami pelajari lebih lanjut dalam peta belajar yang sudah dibuat.

Menentukan fokus belajar saja sudah membutuhkan effort yang luar biasa untuk aku yang terbiasa melahap segala ilmu yang ada tanpa mendalaminya lebih jauh. 
Memang betul apa kata Bu Septi, jika kita tidak memilih untuk melahap makanan utama terlebih dahulu, maka kita akan dibuat kenyang oleh cemilan yang tidak seberapa kita butuhkan saat itu.

Seperti biasa, terjadi kehebohan setiap pekan setelah mendengar dongeng Bu Septi. Saya memilih mendengarkan dulu, meresapi maksud dari dongengnya, baru kemudian kembali membuka grup belajar untuk menentukan langkah berikutnya.

Setelah mendengar dongeng, saya kembali melihat peta belajar yang sudah dibuat. Ada beberapa ilmu yang memang ingin saya fokuskan dalam kelas ini. Pekan lalu saya fokus pada manajemen waktu khususnya perdapuran agar durasi memasak bisa saya persingkat. Pekan ini, saya memutuskan untuk fokus pada manajemen marah yang dalam kelas Bunda Cekatan masuk ke dalam keluarga manajemen emosi.

Source: pribadi

Setelah menentukan keluarga yang akan dipilih, maka aku kembali membuka grup belajar untuk melihat apakah sudah terbentuk keluarga yang saya inginkan. Ternyata, lumayan chaos juga di grup, karena sudah ada keluarga yang langsung dibentuk tanpa menunggu arahan dari tim nasional. Akibatnya banyak yang kesulitan mencari keluarga, bingung harus masuk link yang mana, dan sebagainya. Pekan ini kami semua diajari untuk sabar menanti instruksi lebih jelas, agar proses pencarian ilmu menjadi lebih terarah.

Akhirnya muncullah link untuk bergabung dalam keluarga yang kita butuhkan. Seluruhnya  ditentukan oleh tim nasional, dan Alhamdulillah aku akhirnya memutuskan bergabung di keluarga manajemen emosi.

Ternyata, yang berminat dengan ilmu manajemen emosi ada sekitar 380 orang. Dan keriuhan pun kembali terjadi di grup keluarga. Awalnya grup ada di platform WhatsApp, tapi kemudian peminatnya terus bertambah hingga maksimal kuota WhatsApp, dan akhirnya dipindah ke platform telegram. 

Keriuhan kembali terjadi di grup telegram. Karena banyaknya peserta, tentu kepala keluarga perlu memfasilitasi keinginan hampir seluruh anggotanya. Dan itu tentu tidak mudah. Aku memilih untuk menyimak saja, karena memang tidak bisa sering terlibat aktif di jam diskusi karena kesibukan dengan 2 anak di rumah.

Akhirnya, keluarga manajemen emosi kembali dipecah menjadi beberapa keluarga kecil, yaitu keluarga self healing, keluarga manajemen marah, keluarga manajemen konflik, keluarga inner child, dan keluarga lain-lain. Pemecahan ini dibuat agar diskusi menjadi lebih kondusif dan terarah karena ilmu yang dipilih sesuai dengan minat yang ingin didalami setiap individu, dan juga jumlah peserta dipecah hanya maksimal 35 orang dalam satu grup belajar. Pemilihan keluarga kecil ini ditentukan sendiri oleh masing-masing peserta dengan mengisi form yang disediakan. 

Diskusi kemudian beralih ke topik nama keluarga. Ada beberapa nama yang diusulkan, tapi kemudian yang akhirnya dipilih adalah Inside Out Family. Terinspirasi dari film animasi inside out yang menceritakan tentang berbagai emosi yang dimiliki seorang manusia. 

Aku sendiri awalnya memilih self healing. Namun, membaca beberapa chat dari peserta lain, sepertinya aku lebih membutuhkan ilmu tentang innerchild saat ini. Maka aku pindah keluarga kecil, dan fokus belajar tentang innerchild.

MasyaAllah, diskusi belum intens berjalan, ternyata di keluarga innerchild ada seorang psikolog yang mendalami innerchild sehingga ilmu beliau bagikan dengan senang hati dan bersedia membantu peserta lain untuk menyelesaikan innerchild nya masing-masing. 

Semoga aku bisa menemukan akar masalah dari emosiku yang sering meledak, dan menjadi pribadi yang lebih baik lagi untuk diriku sendiri, suami, anak, dan juga keluarga serta orang sekitar. 

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar