Halaman

3.6.19

Kisah Ashabul Kahfi

Bismillah.
Kisah ini termasuk salah satu kisah yang sudah ramai diceritakan. Termasuk dalam salah satu kisah pada surat Al Kahfi (ayat 10-26) yang disunnahkan untuk dibaca setiap hari Jumat. 


Alkisah, terdapat sebuah negeri di mana di dalam negeri tersebut hanyalah berisi kesyirikan. Setiap satu tahun sekali, terdapat acara perayaan puncak yang berisi penyembahan kepada berhala-berhala dan bentuk kesyirikan lainnya.

Namun, di tengah masyarakat negeri tersebut terdapat beberapa orang pemuda (ahli tafsir berpendapat ada 7 orang) yang masih terjaga fitrah tauhidnya. Mereka dalam hati menolak segala bentuk kesyirikan namun masih terlalu takut untuk melawan secara terang-terangan.
Akhirnya mereka berkumpul, dan mulai beribadah bersama hingga mulai membangun rumah ibadah untuk mereka sendiri.
Lama kelamaan, masyarakat mulai mengetahui keanehan peribadatan para pemuda tersebut. Mereka kemudian dipanggil menghadap raja. Ternyata, ketujuh pemuda ini adalah keturunan para pejabat dan orang-orang kaya di negeri tersebut. Mereka akhirnya mengakui bahwa mereka hanya menyembah kepada Allah saja.
dan Kami teguhkan hati mereka ketika mereka berdiri lalu mereka berkata, "Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami tidak menyeru Tuhan selain Dia. Sungguh, kalau kami berbuat demikian, tentu kami telah mengucapkan perkataan yang sangat jauh dari kebenaran." (Q.S Al Kahfi ayat 14)
Sang raja menganggap para pemuda ini hanya perlu digertak agar kembali kepada peribadatan nenek moyang mereka. Raja memberikan waktu kepada mereka untuk berfikir dan jika mereka tetap pada keyakinannya, maka mereka akan dibunuh.

Para pemuda itu menggunakan waktu berfikir yang diberikan raja untuk lari bersembunyi ke dalam gua. Mereka meninggalkan atribut kekayaan duniawi dan hanya mengharap ridho Allah saja agar keimanan mereka terjaga. 

Allah Subhanahuwata'ala mengetahui kemurnian hati para pemuda tersebut. Sesampainya mereka di dalam gua, Allah menutup telinga mereka dan membuat mereka tertidur selama bertahun-tahun. 
Gua tersebut diberi rahmat oleh Allah sehingga posisinya benar-benar menguntungkan bagi para pemuda. Sinar matahari tidak bisa masuk, namun udara tetap masuk karena mulut gua dibiarkan terbuka dan dijaga oleh seekor anjing. Allah juga menjaga fisik para pemuda tersebut dengan senantiasa membulak-balikkan posisi mereka tidur agar tidak dimakan oleh tanah. (Q.S Al Kahfi ayat 17-18)

309 tahun kemudian, Allah bangkitkan para pemuda tersebut. Mereka saling berdebat tentang berapa lama mereka tertidur. 
Karena merasa lapar, mereka akhirnya mengutus salah satu pemuda untuk pergi ke kota dan membeli makanan. 
Dengan penuh kehati-hatian, pemuda utusan tersebut berangkat ke kota. Di perjalanan, ia mulai heran akan perubahan besar yang terjadi di negerinya. Namun ia masih belum mengetahui berapa lama ia sudah tinggal di gua tersebut.

Di sebuah kedai, sang pemuda membeli makanan dan membayar dengan uang yang masih tersimpan baik di saku bajunya. Uang tersebut tentu saja sudah tidak berlaku lagi.
Sang pedagang merasa kaget ketika melihat uang tersebut. Ia kemudian teringat akan kisah yang beredar tentang para pemuda zaman dahulu yang menghilang dari negerinya karena mempertahankan keimanannya. 

Pemuda tersebut kemudian dibawa oleh pedagang untuk menemui raja yang saat itu berkuasa. Sang raja pun takjub. Ia tak menyangka bahwa kisah itu benar adanya.
Kemudian raja meminta untuk dipertemukan dengan pemuda lainnya. Masih terdapat khilaf di antara para ulama tentang akhir kisah ini, namun pendapat yang kuat adalah akhirnya para pemuda itu bertemu dengan raja kemudian menjalani hidup hingga akhirnya meninggal dunia. 

Banyak hikmah yang bisa diambil dari kisah ini. Di antaranya adalah betapa besar kekuasaan Allah Subhanahuwata'ala, hingga mudah saja bagiNya untuk menidurkan hambaNya selama ratusan tahun kemudian membangkitkannya kembali seolah tidak terjadi apa-apa.
Kisah ini juga mengajarkan kita bahwa jika kita meninggalkan sesuatu murni karena Allah, maka Allah akan menggantinya dengan balasan yang jauh lebih baik.

Wallahu a'lam. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar