Halaman

3.6.19

Kisah Ashabul Ukhdud

Bismillah.
Kisah ini menceritakan tentang orang-orang yang membakar orang beriman di dalam sebuah parit. Orang beriman ini tetap teguh kepada ajaran Allah Subhanahuwata'ala hingga dibakar oleh penguasa di dalam sebuah parit.


Kisah Ashabul Ukhdud ini diceritakan dalam Al Qur'an surat Al Buruj ayat 1-9 :
"Demi langit yang mempunyai gugusan bintang, dan hari yang dijanjikan, dan yang menyaksikan dan yang disaksikan. Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit yang berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar, ketika mereka duduk di sekitarnya, sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman. Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji, Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu.” 

Penjelasan tentang kisah ini ada di dalam sebuah hadits Rasulullah Shalallahu'alaihi Wasallam yang disampaikan oleh Shuhaib.
Dahulu kala, ada seorang raja yang mempunyai seorang tukang sihir. Ketika tukang sihir itu sudah semakin tua, ia meminta kepada raja untuk dikirimkan seorang anak agar ia bisa mengajarkan sihir kepada anak tersebut. Akhirnya diutuslah seorang anak untuk belajar kepada sang tukang sihir.

Dalam perjalanannya menuju ke tempat tukang sihir, anak tersebut bertemu dengan seorang rahib. Ia kemudian duduk mendengarkan nasihat sang rahib dan terlambat datang ke tempat tukang sihir hingga ia dipukuli. Begitupun sepulangnya belajar dari tukang sihir, ia kembali duduk mendengarkan nasihat rahib hingga terlambat pulang ke keluarganya.

Hingga pada suatu hari, dalam perjalanan yang sama, ada binatang besar yang menghalangi jalan sehingga orang tidak bisa lewat. Anak tersebut kemudian berfikir bahwa ini adalah saatnya ia mengetahui apakah sang rahib atau tukang sihir yang lebih baik untuk dirinya. Maka ia berdoa kepada Allah Subhanahuwata'ala "Ya Allah, jika perkara sang rahib lebih Engkau cintai dibanding tukang sihir, maka bunuhlah binatang ini hingga orang-orang bisa lewat."
Kemudian ia melempar batu kepada binatang tersebut hingga terbunuh. Tahulah ia bahwa perkara rahib lebih baik baginya dibandingkan tukang sihir.
Maka ia menyampaikan hal tersebut kepada sang rahib. Rahib lalu berpesan bahwa ia akan mendapatkan cobaan, dan jika benar demikian maka janganlah ia menyebut nama rahib tersebut.

Setelah kejadian itu, anak tersebut bisa menyembuhkan berbagai penyakit. Kemampuan sang anak akhirnya sampai ke telinga sahabat dekat raja yang telah lama mengalami kebutaan. 
Sahabat raja mendatangi anak tersebut dan memintanya menyembuhkan matanya. Anak tersebut berkata bahwa ia tidak bisa menyembuhkan, yang bisa menyembuhkan hanyalah Allah Subhanahuwata'ala. Jika sahabat raja mau beriman kepada Allah, maka ia akan berdoa memohon kesembuhan atas kebutaan matanya. Ia pun beriman kepada Allah dan Allah menyembuhkan matanya.

Ketika sahabat tersebut bertemu raja, raja bertanya siapa yang telah menyembuhkan matanya. Sang sahabat menjawab "Rabbku". Raja murka akan jawaban tersebut karena ia tak suka ada sesembahan lain selain dirinya. 
Raja kemudian menyiksa sang sahabat hingga akhirnya sahabat menceritakan tentang anak tersebut. Sang anak kemudian dipanggil menghadap raja. Kembali sang raja bertanya tentang kemampuan menyembuhkan penyakit. Anak tersebut berkata Allah lah yang menyembuhkan penyakit-penyakit tersebut.
Raja kembali murka dan menyiksa anak tersebut hingga akhirnya ia menceritakan tentang sang rahib.
Rahib dipanggil menghadap raja lalu diperintahkan untuk meninggalkan agamanya. Rahib menolak dengan tegas. Raja kemudian mengeluarkan gergaji lalu memenggal leher rahib tersebut. Begitupun terjadi pada sahabat dekat raja. Karena menolak meninggalkan agamanya, sahabat kemudian dipenggal lehernya hingga kepalanya menggelinding ke tanah. 

Giliran sang anak yang dipanggil menghadap raja. Perintahnya sama yaitu untuk meninggalkan agamanya. Sang anak tentu saja menolak.
Raja kemudian menyerahkan anak itu kepada pasukannya dan memerintahkan mereka membawanya ke gunung lalu melemparkannya dari gunung tersebut jika ia masih menolak meninggalkan agamanya. 
Sang anak berdoa kepada Allah agar dicukupkan dari tindakan jahat pasukan raja, maka Allah mengguncang gunung tersebut hingga seluruh pasukan terjatuh dan ia selamat. 
Hal yang sama terjadi ketika raja memerintahkan pasukannya untuk membawa anak itu ke laut untuk ditenggelamkan. Allah membalikkan sampan yang mereka gunakan hingga seluruh pasukan tenggelam.

Sang anak kemudian menghadap raja dan berkata bahwa raja tidak bisa membunuhnya kecuali dengan satu syarat.
Syaratnya adalah “Kumpulkanlah rakyatmu di suatu bukit. Lalu saliblah aku di atas sebuah pelepah. Kemudian ambillah anak panah dari tempat panahku, lalu ucapkanlah, “Bismillah robbil ghulam, artinya: dengan menyebut nama Allah Tuhan dari pemuda ini.” Lalu panahlah aku karena jika melakukan seperti itu, engkau pasti akan membunuhku.” 
Raja kemudian mengumpulkan seluruh rakyatnya dan melakukan apa yang disyaratkan. Anak itu kemudian terbunuh.
Atas izin Allah Subhanahuwata'ala, seluruh rakyat yang menyaksikan menjadi beriman kepada Allah Subhanahuwata'ala setelah menyaksikan peristiwa tersebut. 

Raja akhirnya menghadapi ketakutan terbesarnya yaitu semua rakyatnya menjadi beriman kepada Allah Subhanahuwata'ala.
Maka ia memerintahkan untuk membuat parit di jalanan dan menyalakan api di dalamnya.
Barang siapa yang tetap beriman kepada Allah Subhanahuwata'ala akan dilemparkan ke dalam parit tersebut. Semua rakyat melakukannya, sampai ada seorang wanita bersama bayinya. Wanita ini pun begitu tidak berani maju ketika akan masuk di dalamnya. Anaknya pun lantas berkata, “Wahai ibu, bersabarlah karena engkau di atas kebenaran.” (HR. Muslim no. 3005).

Wallahu a'lam


Tidak ada komentar:

Posting Komentar