Halaman

27.9.19

Maiza Hafshah Alishba

Bismillah

Hari ini, anak keduaku Maiza Alhamdulillah genap berusia 7 bulan. Terus aku baru inget, kayanya aku belum pernah menceritakan detail proses kelahirannya ke dunia. Dulu tetehnya pernah aku buatkan postingan di sini, maka postingan ini aku mau cerita tentang hari lahir Maiza :)

Nama yang kami pilih dengan doa

Waktu pertama kali tau aku hamil kedua, jujur aku nangis dan cuma bisa peluk anak pertamaku Bibah. 
Bukannya ga happy, kehamilan ini pun sebetulnya direncanakan. Tapi ketika beneran hamil, tiba-tiba aku kaya dipenuhi rasa bersalah sama Bibah. Rasanya aku masih banyak banget utang pengasuhan sama Bibah. 
Dan aku langsung kebayang pasti akan semakin sedikit waktu full untuk bibah kalau nanti adiknya udah lahir. 
Kurang lebih 3 tahun aku full nemenin Bibah. Hampir ga pernah kepisah sedikitpun. Makanya ada sedih yang lumayan kuat pas kebayang nanti ga bisa sefull itu buat Bibah.

Testpack punya Maiza :)

Tapi terus aku menguatkan diri. Allah Subhanahuwata'ala ga akan kasih kehamilan kedua kalau menurut-Nya aku ga mampu jadi ibu dua anak. 
Ga adil juga buat bayi di kandungan aku kalau aku terus-terusan sedih. Ko kayanya kehadirannya tidak diinginkan. 
Padahal kehamilan kedua ini direncanakan, aku sama suami diskusi juga soal kesiapan aku terutama untuk ngurus dua anak yang terhitung masih kecil dan ga terlalu terpaut jauh usianya. 

Sejak kontrol pertama, (yang lagi-lagi aku percayakan pada dr. Chyntia Sukotjo di RS Columbia Asia Semarang), dr.cyn udah bilang untuk menjaga BB supaya aku dan bayi tidak terlalu besar.
Mengingat riwayat pendarahan akibat ruptur torsio saat melahirkan Bibah, maka diusahakan berat bayi kedua jangan melebihi berat Bibah saat lahir yaitu 3,08kg. 

Di setiap kontrol, berat janin hampir selalu lebih berat dari usianya. Tapi masih dalam rentang normal. Karena ibu hamil tidak boleh diet, aku sempat diminta untuk mengganti nasi dengan kentang atau singkong, tapi sayangnya aku malah jadi lemas dan sering pusing, akhirnya aku kembali makan nasi dengan porsi yang dikurangi.

Aku lupa tepatnya di kontrol saat usia kandungan berapa minggu, dr.cyn menyampaikan bahwa kehamilan kedua ini ada kemungkinan proses kelahirannya nanti harus melalui operasi caesar.
Hal ini masih berkaitan dengan riwayat pendarahan saat kelahiran sebelumnya, yang ternyata baru aku tau bahwa jika pendarahan saat itu sulit dihentikan, resiko terburuk yang harus diambil adalah pengangkatan rahim 😣
Maka aku diminta untuk benar-benar menjaga agar BB janin tidak terlalu besar untuk mengurangi resiko pendarahan.

Setelah mendapat penjelasan ini, jujur aku sedih dan agak ciut, karena aku pengen banget lahiran normal lagi dan juga aku takut operasi huhu. 
Banyak denger cerita bahwa luka pasca SC itu lumayan lama sembuh dan sakitnya masih suka kerasa bahkan saat anaknya udah besar, bikin aku jadi tegang dan malah kepikiran terus tentang SC ini. 

Usia kandungan 37w, aku kontrol seperti biasa. Berat badanku sudah naik 12kg dan berat janin sudah 2,8kg.
dr.cyn bilang bahwa insyaAllah bayinya sudah siap lahir. Jadi aku usahakan induksi alami untuk membantu memanggil gelombang cinta.
Aku happy banget. Aku lanjut gerakan yoga di rumah, ngikutin yutub bidankita, afirmasi positif, makan kiwi, makan nanas, hubungan dengan suami. Apa aja deh diusahain supaya kontraksi segera datang. Mumpung berat bayi masih di bawah 3kg jadi insyaAllah aman untuk lahiran normal. 

Tapii, kontraksi tak kunjung datang. 
Usia 38w kontrol lagi.
Saat aku timbang badan, aku shock karena dalam seminggu BB aku naik 1,5kg. Langsung deg-degan karena bayangin bayinya juga pasti naik signifikan BB nya.
Bener aja, taksiran berat janin di USG sudah 3,8kg. 
Pas periksa detak jantung, aku liat sendiri grafiknya ko flat dan tidak sekeras Minggu lalu. Biasanya itu rate-nya sekitar 150an, saat 38w ini rate-nya 130an. Masih dalam tahap normal, tapi menurun dibanding kontrol sebelumnya. 
Dr.cyn kemudian izin untuk cek dalam, melihat apakah kepala bayi sudah masuk panggul apa belum. Saat dicek ternyata masih agak jauh dari panggul huhu 

Berdasarkan data itu, dr.cyn bilang bayinya terlalu besar untuk riwayat medis aku. Dikhawatirkan pendarahan terjadi lagi dan mungkin lebih parah dari sebelumnya. Detak jantung bayipun menurun, mungkin di dalam mulai sesek ya hehe
Akhirnya diputuskan aku harus operasi caesar hari itu juga!

Sedih, pengen nangis, tapi aku berusaha rasional. 
Aku percaya sama dr.cyn dan percaya sama pertimbangan beliau. Aku ga mau menyesal karena keukeuh pengen normal tanpa mempertimbangkan kondisi medis aku dan bayiku.
Suami juga menguatkan. Berkali-kali ia bilang bahwa ini adalah qadarullah. Sekuat apapun usahaku untuk lahiran normal, jika menurut Allah Subhanahuwata'ala caesar adalah yang terbaik, maka aku akan lahiran secara caesar.
Jadi, dengan menguatkan hati aku nunggu di UGD sambil telpon mamah untuk bawain koper ke rumah sakit.

Operasi yang dijadwalkan jam 14.00 harus diundur jadi jam 16.00 karena ada cito yang harus ditangani dr.cyn.
Diundurnya jadwal lumayan bikin panik tambahan, karena aku juga kelaparan dan kehausan haha.
Oia cerita dulu buat yang mungkin lagi cari tau tentang SC. Jadi, sebelum operasi kita kan disuruh puasa dulu, terus kita akan dicukur bulu-bulu pubisnya, diganti baju operasi baru kemudian digiring ke ruang operasi.

Ketiga kalinya masuk ruang operasi setelah sebelumnya untuk proses jahit saat pendarahan lahiran Bibah, lalu yang kedua waktu coutering saat ada erosi serviks.
Deg-degannya tetep sama aja. Kedinginan juga tetep sama aja. Bedanya, ini ada harapan dan kebahagiaan yang aku tunggu karena insyaAllah sebentar lagi akan ketemu bayi cimbot yang udah aku bawa-bawa di perut selama ini.

Di RS Columbia Asia Semarang, untuk proses SC belum bisa didampingi suami.
Jadi aku hampir nangis lagi waktu pisah sama Bibah dan ayahnya di ruang tunggu operasi. Udah mulai agak blank juga gatau mau mikirin apa. Akhirnya seingetnya dzikir supaya hati lebih tenang. 
Karena emergency SC, jadi aku ga bisa request untuk full semua wanita di ruang operasi. Tapi insyaAllah gapapa karena untuk keperluan kesehatan. Aku juga tetap pakai kerudung, seminimal mungkin aurat yang terlihat. 
Dokter anestesinya laki-laki. Beliau dengan sopan meminta izin saat harus menyibak kerudung untuk menyuntikkan anestesi di tulang belakang. 
Ini adalah salah satu part yang bikin aku takut SC. Karena katanya sakit banget pas disuntik anestesinya. Alhamdulillah pas aku, aku dikasi bantal untuk dipeluk di depan, kemudian aku dipeluk oleh perawat bedah sambil ia menguatkan dan ada cairan yang disuntikkan di infusku (aku lupa terus mau tanya ini suntikan apa). 
Yang jelas rasanya jadi ga sakit dan setelah itu aku jadi agak ngantuk dan blur juga ingatan detail tentang proses operasi selanjutnya haha
Aku ingetnya tiba-tiba udah denger tangisan bayi keras banget, disertai ucapan Alhamdulillah dari semua yang ada di ruangan. Lalu dr.cyn bilang "tuh Bu, bener aja bayinya besar 3,62kg. Saya ga kebayang kalo maksain lahiran normal gimana"

Habis itu kayanya aku ketiduran haha.
Soalnya beneran ga inget kejadian selanjutnya, terus aku udah didorong keluar ruangan untuk pindah ke ruang inap.
Begitu keluar, langsung liat muka suami sumringah sambil bilang "ibu hebat! Alhamdulillah Ade udah lahir sehat" 
Pingin nangis, pingin liat bayinya, pingin liat bibah, campur aduk banget rasanya.
Rasanya lega aku dan bayi selamat sehat tak kurang suatu apapun.

Aku belum tau ternyata perjuanganku belum usai wkwk
InsyaAllah di postingan selanjutnya yaa

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh 💕

Tidak ada komentar:

Posting Komentar