Halaman

28.5.19

Kisah Tabut, Dawud, Talut, dan Jalut

Bismillah.
Kisah yang akan dibahas ini Allah Subhanahuwata'ala cantumkan dalam Al Qur'an surat Al Baqarah ayat 246-252. 
Ternyata, kisah ini menceritakan tentang kehidupan Bani Israil setelah wafatnya Nabi Isa 'alaihissalam.



Setelah Nabi Musa 'alaihissalam wafat, kaum Bani Israil mulai menghadapi masa-masa sulit. Kondisi agama mereka mulai memprihatinkan. Dengan tidak adanya Nabi yang diutus, mereka seperti gerombolan domba tanpa pengembala. 
Lama kelamaan, di tengah kosongnya kepemimpinan, mereka mulai melupakan agama. Mereka mulai membuat kerusakan, berbuat dosa hingga akhirnya kondisi masyarakat kembali menjadi kafir, dzalim dan durhaka. 
Allah Subhanahuwata'ala pun murka dan mencabut kekuasaan mereka sehingga mereka bisa dengan mudah ditindas oleh bangsa yang lain.

Ada satu kaum yang terus menerus menindas Bani Israil. Kaum itu bernama Amaliqah yang dipimpin oleh seorang berperawakan raksasa bernama Jalut. 

Kaum Bani Israil percaya bahwa ada dua golongan yang istimewa menurut mereka. Yang pertama adalah keturunan Lawi yang dipercaya melahirkan para Nabi. Dan yang kedua adalah keturuna Yahuda yang dipercaya melahirkan para raja.

Di tengah kekacauan tersebut, kaum Bani Israil mengharapkan turunnya Nabi di tengah-tengah mereka. Sementara keturunan Lawi sudah banyak yang terbunuh hingga yang tersisa hanyalah seorang wanita bernama Hubla yang saat itu sedang dalam kondisi mengandung. 
Hubla memohon agar anak yang dikandungnya lahir sebagai laki-laki sehingga bisa menjadi seorang Nabi. Allah Subhanahuwata'ala mengabulkan doanya. Lahirlah seorang bayi laki-laki yang kemudian diberi nama Shammil.
Allah Subhanahuwata'ala mengangkat Shammil menjadi Nabi untuk mengemban risalah para Nabi sebelumnya.
Hingga suatu saat kaum Bani Israil meminta kepada Shammil untuk mengangkat seorang raja yang bisa memimpin mereka melawan Jalut. 

Shammil tidak langsung mempercayai permohonan Bani Israil, hingga ia pun berkata kepada mereka “Bisa jadi saat kalian nanti diwajibkan berperang, kalian tidak mau berperang,” ujar sang nabi. Namun Bani Israil ngotot dan ingin permintaan mereka terpenuhi, “Bagaimana mungkin kami enggan berperang di jalan Allah, padahal kami telah terusir?!” seru mereka.

Nabi Shammil pun berdoa kepada Allah Subhanahuwata'ala, memohon petunjuk tentang ciri-ciri orang yang pantas menjadi raja bagi mereka. 
Allah memberi petunjuk pada Shammil bahwa orang yang akan menjadi raja ialah yang tinggi badannya setinggi tongkatnya dan mampu membuat minyak dalam tanduk binatang mendidih.
Di pagi hari, seorang pemuda tampan, gagah perkasa, shalih dan cerdas, bernama Talut tengah mencari keledainya di depan rumah Shammil. Ketika Talut memasuki rumah Shammil, minyak dalam tanduk tersebut mendidih. Shammil pun mengukur tinggi badannya didapati seukuran tongkat. Nabi Shammil pun yakin, Talut lah yang akan memimpin Bani Israil. 

Namun saat Shammil mengumumkan perihal Talut akan menjadi raja, Bani Israil menolak. Mereka tidak ingin dipimpin oleh seorang pengembala miskin.
Dan Nabi mereka berkata kepada mereka, "Sesungguhnya Allah telah mengangkat Talut menjadi rajamu." Mereka menjawab, "Bagaimana Talut memperoleh kerajaan atas kami, sedangkan kami lebih berhak atas kerajaan itu darinya dan dia tidak diberi kekayaan yang banyak?" (Nabi) menjawab, "Allah telah memilihnya (menjadi raja) kamu dan memberikan kelebihan ilmu dan fisik." Allah memberikan kerajaan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui. (Q.S Al Baqarah ayat 247)

Kaum Bani Israil tetap saja menolak diangkatnya Talut menjadi raja. Hingga akhirnya Shammil berkata sebagaimana ditulis dalam Q.S Al Baqarah ayat 248
Dan Nabi mereka berkata kepada mereka, "Sesungguhnya tanda kerajaannya ialah datangnya Tabut kepadamu yang di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun yang dibawa oleh malaikat." Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda (kebesaran Allah) bagimu jika kamu orang beriman.

Tabut merupakan peti kayu berlapis emas tempat menyimpan Taurat. Tabut yang diyakini Bani Israil membawa ketenangan dan kemakmuran tersebut tersebut direbut musuh yang menindas dan menguasai wilayah mereka. Lalu terbuktilah tanda tersebut, malaikat membawa Tabut tersebut dan menjatuhkannya pada Bani Israil. Talut pun kemudian terbukti diutus sebagai raja Bani Israil.

Talut pun segera membentuk pasukan untuk melawan Jalut. Terdapat 80 ribu pasukan yang ikut serta berperang dan menempuh perjalanan jauh menuju tentara Jalut. Di tengah perjalanan, Allah Subhanahuwata'ala menguji mereka dengan sebuah sungai.
Talut telah mewanti-wanti agar pasukannya tak meminum air sungai tersebut kecuali seciduk tangan saja untuk menghilangkan dahaga. “Sungguh Allah akan menguji kalian dengan sungai. Siapapun yang meminum air dari sungai itu maka ia tidak akan menemaniku,” ujar Talut.

Namun nafsu mengalahkan sebagian besar pasukannya. Dari 80ribu, hanya tersisa 300 orang saja yang patuh terhadap perkataan Talut. Salah satu diantaranya adalah Dawud yang pada saat itu belum diangkat menjadi Nabiyullah.
Dengan jumlah pasukan yang sedikit, mereka berdoa kepada Allah Subhanahuwata'ala agar dapat menang melawan pasukan tentara Jalut. 

Atas izin Allah Subhanahuwata'ala, mereka bisa memenangkan peperangan tersebut. Jalut pemimpin kaum Amaliqah meninggal dunia. Yang berhasil membunuh Jalut adalah Dawud dengan ketapel yang selalu ia bawa. Tiga buah batu meluncur dari ketapel ya dan mengenai kepala Jalut hingga terbunuh.
Menurut cerita, batu-batu tersebut dikumpulkan Dawud selama perjalanan. Batu itu sendiri yang meminta untuk ikut serta dalam perjalanan hingga Dawud pun mengambil dan menyimpannya kemudian ia gunakan untuk membunuh Jalut. 

Demikianlah kisah Tabut, Dawud, Talut dan Jalut. Betapa ternyata atas izin Allah Subhanahuwata'ala, Jalut yang sebesar raksasa bisa dikalahkan hanya dengan tiga buah batu kecil yang diluncurkan dengan ketapel. 
Kuasa Allah Subhanahuwata'ala atas segala sesuatu

Wallahu a'lam

Sumber : Lampu Islam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar